Jangan Menilai Seseorang Dengan Begitu Cepat

Assalamualaikum blogger.
Selamat beraktifitas blogger semua, semoga kita semua diberi kesehatan,
Baiklah di sini Saya ingin bercerita tentang pengalaman seorang gadis tomboy bernama Riska. Sebenarnya dia di sekolahnya termasuk kalangan murid yang tidak begitu terkenal, tapi cukup diketahui oleh beberapa siswa. Ia bersekolah di sekolah swasta yang berada di Jakarta, yang mana sekolah tersebut adalah sekolah baru dan ia adalah angkatan pertama. Dia memiliki sebuah kisah yang pernah dia alami dan bisa dikatakan kisah ini cukup menarik untuk kita pelajari yaitu Pelajaran Tentang Jangan Menilai Seseorang Dengan Begitu Cepat.

Cerita itu dimulai ketika awal masuk sekolah semester 4 di mana ia tidak masuk sekolah disebabkan karena sakit, dia tidak mengetahui bahwa ternyata ada guru baru yang mengajar bidanh studi matematika, memang guru tersebut adalah guru pengganti sebab guru matematika yang lama sedang hamil tua, disaat hari pertama guru tersebut masuk yakni hari perkenalan dan si Riska pun tidak masuk pada hari tersebut.

Ketika hari ketiga tepatnya itu hari Rabu, Riska belum masuk sekolah juga disebabkan dia masih dalam masa pemulihan dan akhirnya hari Kamis dia pun masuk sekolah, tetapi pada hari Jumat dia kembali tidak masuk sekolah padahal hari itu ada pelajaran matematika. Disaat itu guru matematika nya pun bertanya "Riska kenapa tidak masuk sekolah dari awal kita masuk?". Ada seorang temannya mengatakan "kemarin dia masuk buk tetapi hari ini dia sakit lagi dan itu ada suratnya buk". Dengan sedikit kesal guru itu berkata "atau ini hanya alasan dia tidak mau masuk kelas saya".

Akhirnya hari Senin Risma pun masuk sekolah lalu teman sebangkunya yakni Yola mengatakan kepada Risma "Ibuk Matematika baru kita kemarin nethink ke kamu, ibuk itu mengira kamu tidak hadir hanya di hari jam pelajaran ibuk itu saja dan katanya jika kamu ketinggalan pelajaran banyak baru tau rasa". Dengan kesal pun Risma menjawab "Aku memang beneran sakit dan tidak mengada-ngada. Kenapa sih ibu itu". Kekesalannya terhadap ibuk Matematuika pun mulai timbul dan semenjak itu dia semakin tidak menyukai pelajaran matematika.

Di hari Senin pada saat jam pelajaran matematika, Risma pun tidak mengerti saat ibuk itu menjelaskan sebab dia telah banyak ketinggalan pelajaran, lalu tiba-tiba dia disuruh maju ke depan untuk mengerjakan soal yang diberikan oleh ibuk Matematika tersebut, dengan sedikit ilmu yang didapat pada saat hari itu juga ia tidak dapat mengerjakan soal yang ada di papan tulis tersebut dan langsung spontan ia mengatakan "saya tidak bisa bu". Ibu itu pun merespon "soal seperti itu saja kamu tidak bisa". Dengan perasaan kesal ditambah dia tidak menyukai matematika, dia pun duduk ke kursinya kembali dan hari itu dia diliputi kekecewaan karena telah dikatakan tidak bisa padahal sebab dia tidak bisa hanya karena dia tidak masuk sekolah dan tidak paham terhadap materi tersebut.

Di hari berikutnya tepat nya dihari Kamis setelah kegiatan English day berlangsung Risma dan Yola bersama teman teman sekelasnya memasuki ruang kelas dan belajar seperti biasa, semua berlangsung lancar ya walau pun ada beberapa hal yang membosankan bagi Risma hingga istirahat pertama ide yang bodoh itu muncul di benaknya. Dia pun menyampaikan idenya tersebut kepada Yola, setelah membujuk dan menyampaikan ide yang bodohnya itu ternyata Yola menyetujuinya, "Yol, kita buat surat untuk ibuk guru matematika baru itu yuk, aku nggk paham sama yang ibuk jelaskan dan yang lain kayaknya juga nggk paham, jika semua ini berlanjut bisa-bisa nilai matematika kita tambah jelek ni apalagi kalau remedial susah deh sama ibu itu".

Bel masuk jam ke dua pun berbunyi dan mereka berdua memberhentikan pembicaraan bodoh tersebut, disaat pelajaran berlangsung Risma pun meminta saran kepada Yola "Kapan nih kita buat surat untuk ibuk itu?" Kata Risma. Kebetulan jam ketiga tidak ada guru yang mengajar mereka pun berencana membuat surat tersebut pada saat jamkos tersebut. "Nanti aja, kan ibu Leni nggk datang, nah pas itu kita buat suratnya" kata Yola.

Jam pelajaran kedua pun berlalu, hingga tiba memasuki jam ketiga mereka pun mulai membuat surat "Yol, ini kita berdua aja yang tau ya, jangan kasih tau orang lain deh" kata Risma. Setelah mereka menyelesaikan surat tersebut mereka pun melipat kertas surat itu dengan sangat rapi, hingga saat pulang sekolah mereka memasukkan surat tersebut kedalam kotak saran, namun yang memasukkan surat tersebut bukanlah Risma dan Yola tetapi Clara yaitu teman sekelas mereka berdua karna disaat itu Risma dan Yola sedang banyak membawa barang, hingga mereka meminta tolong kepada Clara untuk memasukkan surat tersebut ke kotak saran, setelah selesai memasukkan surat tersebut mereka pun langsung pulang tanpa adanya penyesalan atau rasa khawatir akan perbuatan yang telah mereka perbuat.

Keesokan harinya mereka menjalankan kegiatan sekolah seperti biasa, sambil menunggu apakah tindakan selanjutnya oleh sekolah terhadap surat yang telah mereka sampaikan. Hingga tiga hari kemudian terdengar berita bahwa ada siswa yang membuat surat dengan kalimat yang sangat tidak menyenangkan tentang seorang guru matematika, mendengar berita tersebut Risma dan Yola menjadi gelisah, mereka pun berencana untuk tetap diam namun keesokan harinya dengan kegelisahan yang semakin menjadi-jadi mereka pun mendengar berita kembali bahwa guru tersebut telah menemukan siapa yang telah menulis surat tersebut, dengan rasa bersalah yang mendalam Risma dan Yola pun memberitahukan kebodohan mereka tersebut kepada wali kelasnya yang bernama Buk Endang dan kemudian meminta saran apa yang harus dilakukan selanjutnya, wali kelasnya memberikan saran untuk tetap diam, dan Buk Endang akan mencoba memberikan pengertian kepada Ibuk Matematika itu, namun Yola pun menyampaikan idenya untuk langsung meminta maaf dan mengakui perbuatan mereka dan Bu Endang pun mengatakan bahwa itu terserah kalian, dan Ibuk akan tetap memberikan pengertian kepada Ibuk Matematika itu, mereka pun menyetujui saran dan masukan yang telah diberikan oleh Buk Endang.

Disaat pelajaran kedua Risma dan Yola pun membincangkan akan mengakui kesalahannya saat pulang sekolah pada hari itu juga. Kemudian merekapun melakukan kegiatan belajar hingga pulang. Disaat pulang sekolah mereka pun mencari kesempatan saat Ibuk Matematika sedang menuju ke ruang perpustakaan, dengan muka tertunduk Risma memulai meminta waktu kepada Ibuk Matematika tersebut namun Ibuk itu langsung lari menuju perpustakaan
"Buk saya ingin minta maaf" kata Risma. "Minta maaf, untuk apa?" Jawab Ibuk Matematika dengan ekspresi kecewa, dan berlalu meninggalkan Risma dan Yola.

Risma dan Yola tak putus asa untuk mencari dan meminta maaf kepada Ibuk tersebut, mereka akan tetap menunggu Ibuk itu sampai mereka dimaafkan. Tak lama mereka bertemu dengan Ibuk itu dan membujuk untuk mau mendengarkan penjelasan mereka lalu meminta maaf. Ibuk tersebut mendengarkan semua penjelasan mereka dan menerima maaf Risma dan Yola, lalu Ibuk itu memberikan nasihat terhadap mereka agar mereka tak mengulangi kesalahan ini lagi.

Dari kisah ini kita dapat pelajaran bahwa "Jangan menilai seseorang sebelum kita benar-benar mengenalnya. Setiap orang mempunyai persepktif pandangan tersendiri. Terkadang kita menilai seseorang dari persepektif diri kita. Tidak pantas menilai orang lain dari sudut yang sempit cobalah menilai dari sudut yang lebar".

Baiklah sampai disini kisahnya.
Wassalamualaikum blogger

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keegoisan Diri